Kalibrasi Model Soil & Water Assesment Tool (SWAT) Untuk Pengelolaan Sub DAS Tapung Kiri
DOI:
https://doi.org/10.30606/aptek.v12i2.388Keywords:
kalibrasi; model; pengelolaan; sub DAS; SWAT,Abstract
Model SWAT telah dikembangkan pertama kali pada awal 1990-an oleh United State Department Agriculture (USDA) untuk mengevaluasi dampak dari penerapan pengelolaan alternatif pada sumberdaya suatu DAS, khususnya air, sedimen, unsur hara dan polusi yang masuk ke sungai atau tubuh air dalam DAS tersebut. Tujuan utama penelitian adalah menetapkan unjuk kerja model SWAT untuk diterapkan pada Sub DAS Tropis pada tahap kalibrasi dengan adaptasi parameter dimana range parameter model dikembangkan di daerah non tropis. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini melakukan analisis statistik pada tahap kalibrasi dengan menggunakan Nash–Sutcliffe Efficiency (NSE) berdasarkan parameter Model SWAT yang terdiri dari bilangan kurva aliran permukaan (CN2), kedalaman permukaan air awal pada aquifer dangkal (SHALLST), koefisien lag aliran permukaan (SURLAG), batas kedalaman air pada aquifer dangkal yang dibutuhkan untuk kembali terjadinya aliran (GWQMN), faktor kompensasi evaporasi tanah (ESCO), fraksi perkolasi akuifer dalam (RCHRG_DP),factor alpha base flow untuk "bank storage" (ALPHA_BNK), koefisien "revap" air bawah tanah (GW_REVAP),factor kompensasi uptake tanaman (EPCO), koefisien kekasaran Manning untuk saluran utama (CH_N(2)), konduktivitas hidrolik efektif pada salura nutama (CH_K(2)),factor alpha base flow (ALPHA_BF),nilai koefisien Manning(OV_N),waktu delay air bawah tanah (GW_DELAY),dan batas kedalaman air pada aquifer dangkal untuk "revap" atau perkolasi ke aquifer dalam (REVAPMN). Data observasi yang digunakan untuk tahap kalibrasi adalah data harian pada periode 1 Juli 2017 sampai 31 Desember 2017 dari stasiun AWLR Pantai Cermin. Hasil utama penelitian membuktikan penerapan Model SWAT Hasil utama penelitian membuktikan bahwa penerapan Model SWAT pada tahap kalibrasi menghasilkan nilai NSE sebesar 0.62 yang mengindikasikan bahwa model SWAT menunjukkan kinerja memuaskan untuk di terapkan pada pengelolaan di Sub DAS Tapung Kiri.